Selasa, 05 November 2013
Browse Manual »
Wiring »
iman
»
islam
»
rendahnya
»
salah
»
siapa
»
umat
»
Rendahnya Iman Umat Islam Salah Siapa
Rendahnya Iman Umat Islam Salah Siapa
Beberapa hari ini kita begitu sering disuguhi dengan berita seputar seorang pemain sepak bola bernama Diego Michiels yang memutuskan untuk menjadi seorang mualaf (memeluk islam). Kita seakan dibuat begitu senang dengan berita masuk Islamnya satu orang saja, padahal tanpa kita sadari saat ini lebih banyak orang yang meninggalkan Islam untuk memeluk agama lain daripada mereka yang memutuskan untuk menjadi mualaf. Berdasarkan sebuah riset ternyata pertumbuhan umat islam di Indonesia pertahunnya hanya sekitar 2,75% atau yang terkecil diantara agama-agama yang diakui di Indonesia.
Berdasarkan beberapa sumber dikatakan bahwa jumlah umat muslim di Indonesia mencapai 182.570.00 orang atau sekitar 88% dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Tapi apakah benar demikian? Saya rasa tidak. Data diatas jika saya tidak salah diambil berdasarkan data dari Dinas Kependudukan. Sayangnya data tersebut tidak bisa dibilang 100% valid karena sistem pencatatan data kependudukan di Indonesia yang masih berantakan, banyak orang miskin yang datanya tidak tercatat, ditambah dengan kenyataan dilapangan bahwa biasanya perpindahan agama tidak tercatat secara jelas. Hal ini terutama dikarenakan orang yang berpindah agama biasanya enggan melaporkan atau mempublikasikan masalah ini karena takut akan sanksi sosial yang mungkin akan diterimanya dari orang-orang disekitarnya.
Melihat situasi ini kebanyakan ulama kemudian menuding lemahnya iman dikalangan umat sebagai penyebabnya. Mungkin anggapan ini benar adanya, tapi saya berusaha mencoba lebih bijak dengan mencari tahu apa penyebab lemahnya iman umat Islam, dan ternyata jawabannya justru berbalik kepada ulama. Yah ulamalah yang menurut saya menjadi biang keladi semua ini. Mengapa demikian? Karena ulama mulai melupakan umatnya.
Sudah menjadi hukum alam bahwa kualitas umat islam yang baik berakar dari kualitas ulama yang baik pula. Sayangnya saat ini kebanyakan ulama kita telah terbuai dengan fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Mereka lupa untuk meletakkan pondasi yang kuat pada umat yang begitu besar ini sehingga umat Islam di Indonesia seperti tumpukkan kaleng kosong yang bisa dibuat berhamburan hanya dengan lemparan sebuah batu. Para ulama terlalu sibuk menjadi "Ustadz Panggilan" yang mengisi pengajian dibanyak tempat dan justru melupakan orang-orang disekelilingnya. Mereka lupa bahwa justru orang-orang miskin yang tidak mampu memanggil merekalah yang lebih membutuhkan pengajaran.
Selain itu para ulama sekarang terlalu sibuk berselisih tentang hal-hal yang tidak penting. Mereka terlalu sibuk berdebat tentang aliran mana yang terbaik dan menjelek-jelekkan aliran lain. Di setiap kampung masjid banyak berdiri hanya karena setiap orang ingin menjadi Imam masjid. Coba kita hitung berapa banyak masjid, musholah atau tempat shalat sejenis (karena saya tidak tahu sebutan-sebutan khusus di daerah lain) yang berdiri di sekitar rumah kita, ambil saja radius sekitar 500 meter, dan coba lihat berapa jumlah shaft shalat berjamaahnya, selain shalat Jumat. Ditempat saya tinggal ada sekitar 4 buah, jumlah shaft paling banyak hanya 3 sampai 4, itupun sebagian diisi oleh anak-anak yang selama shalat hanya ribut sendiri, dan paling sedikit hanya sekitar 5 orang jemaahnya. Dengan kondisi ini setiap tempat terlihat sepi dan jemaah dari setiap tempat juga jadi kurang mengenal. Bukankah akan lebih baik jika hanya ada satu masjid besar saja, dimana jemaah bisa berkumpul bersama dan lebih saling mengenal.
Selain itu para ulama sekarang terkesan terlalu sibuk dalam lingkup kehidupannya sendiri. Mereka terlalu sibuk membaca berbagai kitab hingga lupa bersosialisasi. Ulama sekarang menjelma menjadi ulama-ulama yang hanya tau teori tapi tak mengetahui kondisi sosial yang sebenarnya dimasyarakat. Mereka lebih memilih mengurung diri dan menjauhkan diri dari masyarakat, coba lihat kalau ada kegiatan kemasyarakatan mereka cenderung memilih untuk tidak terlibat. Umumnya karena alasan harus mengkaji kitab atau mengisi pengajian entah dimana. Mereka lupa bahwa dengan bermasyarakatlah mereka bisa tahu permasalahan umat. Bagi mereka sepertinya cukup memberikan pelajaran pada umat melalui pengajian rutin di masjid, sementara mereka lupa orang yang pergi ke masjid justru kaum minoritas di negeri ini.
Banyak ulama sekarang yang juga mulai bersikap "sombong". Tidak percaya? Cobalah anda sering ikut shalat berjamaah di masjid dan anda pasti akan merasakannya. Beberpa kali saya shalat berjamaah dimasjid, saya harus rela menunggu sang imam masjid datang agar shalat berjamaah bisa dimulai, pernah disuatu masjid saya dan 2 orang teman saya di maki hanya karena memulai shalat berjamaah sebelum sang imam datang. Yang paling parah beberapa hari yang lalu saat shalat subuh, saya datang sekitar pukul 4.15 pagi ke masjid. Biasanya sekitar pukul 4.35 shalat akan dimulai, tapi pada hari itu shalat baru dimulai pada pukul 5 lebih, dan luar biasanya ini hanya demi menunggu satu orang saja. Jujur saja pengalaman ini membuat saya jadi sedikit malas untuk shalat subuh berjamaah di masjid.
Dengan semakin cueknya para ulama dengan keadaan umatnya seperti ini maka tidak salah jika kita justru mengatakan bahwa ulamalah yang berperan paling besar terhadap lemahnya iman dikalangan umat Islam. Kebanyakan ulama selalu berkelit bahwa hidayah itu adalah kuasa Allah dan mereka tidak punya kuasa untuk memberikan hidayah, tapi apakah mereka lupa bahwa terkadang hidayah itu butuh perantara dan mungkin merekalah yang menjadi perantara bagi tercapainya hidayah bagi seseorang. Ulama sekarang lebih banyak bersifat menunggu, menunggu ada yang meminta mereka berceramah, menunggu ketika ada orang tua yang minta anaknya dididik, atau mungkin menunggu umat Islam menjadi minoritas agar mereka tergerak untuk memperbaiki kondisi ini.
Saya sendiri bukanlah umat Islam yang termasuk kategori baik. Baru beberapa bulan ini saja saya aktif mengikuti shalat berjamaah di masjid, tapi justru hal inilah yang membuat saya merasa sedih dengan kondisi umat Islam di negeri ini. Selama ini tak pernah ada yang mengingatkan saya untuk ikut jamaah di masjid, apakah kita lupa akan ajaran untuk saling mengingatkan dalam kebaikan? Saya tidak bermaksud untuk menyudutkan satu pihak pun dalam tulisan ini, tapi saya berharap tulisan ini bisa menjadi tamparan bagi kita semua untuk tidak terlena akan kuantitas umat islam di Indonesia dan segera berbenah agar Indonesia menjadi negara dengan kualitas umat Islam terbaik di dunia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar